Fintech Lending Berhasil Menjadi Pilihan Unggul bagi Usaha Lokal dalam Mencari Modal

Asosiasi Fintech

Ribuan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengakui manfaat positif yang diperoleh dari pembiayaan Fintech Peer-to-Peer (P2P) Lending. Beberapa di antaranya bahkan melaporkan peningkatan omset hingga 70 persen atau lebih. Keunggulan pengajuan yang mudah tanpa perlu memberikan agunan aset dan batasan pinjaman hingga Rp2 miliar menjadi daya tarik utama bagi UMKM.

Dari segi bisnis, Fintech Lending berfungsi sebagai solusi keuangan bagi UMKM yang belum memiliki akses ke layanan keuangan formal. Mereka termasuk dalam kategori unbanked dan underserved. Berdasarkan penelitian tahun 2023, diperkirakan bahwa pada tahun 2026, kebutuhan pembiayaan untuk UMKM mencapai Rp 4.300 triliun. Namun, ketersediaan dana hanya mencapai sekitar Rp 1.900 triliun, sehingga terdapat kesenjangan kredit sebesar Rp 2.400 triliun.

Kesenjangan ini sangat besar. Hingga Agustus 2023, Fintech Pendanaan Bersama atau Fintech Lending telah menyediakan dana sebesar Rp677,51 Triliun, dengan pertumbuhan yang konsisten setiap tahun, tumbuh sebesar 45% pada tahun 2022 dan 112% pada tahun 2021. Meskipun situasi ini dianggap sebagian sulit, Fintech Lending melihatnya sebagai peluang untuk terus berinovasi dalam melayani masyarakat dan berkontribusi langsung terhadap perekonomian Indonesia. Banyak kisah keberhasilan yang datang dari para penerima pendanaan melalui Fintech Lending.

Salah satunya berasal dari Yuari Trantono (Ari), Pemilik PT Pangan Nusantara. Ari menceritakan bahwa pendanaan dari ALAMI Sharia telah meningkatkan keuntungan usahanya. Saat ini, omsetnya sudah mencapai 6 ton per hari, berbentuk frozen food yang akan didistribusikan ke pabrik-pabrik di Indonesia, diolah menjadi bakso dan sosis.

Aktivitas usaha skala UMKM ini memiliki kendala karena kami tidak memiliki aset, dan kami masih menyewa lahan sebagai tempat usaha. Saya sebagai pemilik usaha memiliki latar belakang PNS di salah satu kementerian, yang kemudian keluar untuk merintis usaha ini. Kami bukan orang-orang yang berada, dan kami berasal dari kampung. Saat ini, kami mampu mencatat peningkatan omset hingga dua kali lipat menjadi 6 ton kantong frozen food per hari dari yang sebelumnya hanya 3 ton,” kata Yuari (Ari) saat ditemui wartawan di lokasi usahanya di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (30/10/2023).

Menurutnya, tantangan terbesar bagi UMKM seperti mereka adalah akses pembiayaan dari perbankan yang memerlukan jaminan aset. Fintech P2P Lending menjadi harapan dan kesempatan bagi mereka untuk mengajukan pinjaman secara daring tanpa perlu jaminan aset, hanya dengan syarat menyediakan laporan keuangan dua tahun terakhir. PT Pangan Nusantara sendiri telah berhasil mendapatkan pendanaan sekitar Rp 1,2 M dari plafon Rp 2 miliar dengan proses yang mudah, yang dapat digunakan untuk meningkatkan laba usahanya.

Pinjaman ini bersifat Kredit Modal Kerja (KMK), jadi jika kami membutuhkan, kami menggunakannya, jika permintaan sedikit, kami tidak menggunakannya sepenuhnya, dan kami memiliki plafon Rp 2 miliar. Kami mengevaluasi penggunaan dana ini setiap dua bulan atau tiga bulan. Jadi, jika misalnya karena Lebaran, kami menggunakan sepenuhnya. Setelah Lebaran, jika situasinya sepi, kami menurunkan penggunaan menjadi Rp 500 juta atau bahkan tidak digunakan sama sekali, tergantung pada kebutuhan,” tambah Ari.

Harza Sandityo, Direktur Utama ALAMI Sharia, menjelaskan bahwa fokus ALAMI Sharia adalah mendukung industri-industri kunci yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia, seperti perdagangan & distribusi, sumber daya manusia & kepegawaian, pelayanan kesehatan, dan pertanian (perikanan). Keempat industri tersebut memberikan dampak signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja baru, mencapai 50% dari total pembiayaan yang disalurkan. Oleh karena itu, ALAMI serius dalam membantu pelaku UMKM di lingkup industri tersebut, seperti PT Pangan Nusantara.

ALAMI sebagai asosiasi Fintech P2P Lending syariah telah memberikan dukungan keuangan kepada lebih dari 11.400 proyek UMKM di sektor-sektor strategis di Indonesia. Ekosistem ALAMI telah menjangkau 482 kota di 34 provinsi di seluruh Indonesia, melibatkan penyandang dana dan penerima manfaat, terutama UKM, yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan komersial dan sosial,” tambah Harza.

Kisah sukses lainnya datang dari Ibu Sumarni bersama anaknya Suki Kunihati. Pedagang bakso ini menceritakan pengalamannya setelah mendapatkan pinjaman dari Mekar melalui KSP Dwi Tunggal sebesar Rp 40 juta yang digunakan sebagai modal usaha untuk membeli gerobak jualan bakso.

Budi Sang, Lending Manager Mekar, mengatakan bahwa pembiayaan dari Mekar dilakukan melalui kerjasama dengan koperasi, seperti KSP Dwi Tunggal yang memiliki banyak anggota. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko gagal bayar.

Mekar memiliki jaringan dengan 30 koperasi, salah satunya adalah Dwi Tunggal yang membantu mempermudah akses anggota koperasi ke Mekar. Rata-rata yang Mekar biayai adalah sektor produktif sekitar 90%, dan banyak yang merupakan ibu-ibu dengan konsep segmen grameen di sekitar Pulau Jawa,” kata Budi.

Untuk pinjaman yang diterima oleh Ibu Sumarni, Budi menjelaskan bahwa persyaratannya sudah terpenuhi karena Ibu Sumarni adalah seorang pensiunan, dan salah satu agunan yang diberikan adalah SK pensiun. Pembiayaan langsung ditransfer ke rekening yang telah bermitra dengan Mekar. Persyaratan seperti KTP, Buku Tabungan, dan SK pensiun fisik digunakan untuk memastikan bahwa Ibu tersebut masih aktif.

Pengalaman serupa juga dibagikan oleh Erfianty, Pemilik Ayam Bakar Madu Hijrah Jagakarsa, yang telah menerima manfaat pendanaan dari OVO Finansial. Erfianty mengaku bersyukur karena pendanaan ini digunakan sebagai modal pengembangan bisnisnya, dan pendapatan usahanya berhasil meningkat hingga 40% setelah mendapatkan pinjaman online dari OVO Finansial. Erfianty menjelaskan bahwa proses pengajuan kredit, pencairan, dan pembayaran dengan OVO Finansial sangat mudah.

Sebagai salah satu pedagang dalam ekosistem OVO, Erfianty merasa bahwa pengajuan pinjaman menjadi lebih mudah, dan batasan pinjaman juga meningkat dari Rp 6 juta awalnya, kemudian menjadi Rp 30 juta, dan saat ini mencapai Rp 50 juta dengan tenor 3-6 bulan.

Pengajuan pembiayaan sangat mudah, saya diberi kepercayaan untuk mendapatkan pinjaman. Alhamdulillah, prosesnya lancar dan cepat, bahkan yang pertama hanya memerlukan waktu 1 hari. Kami hanya perlu mengisi data dan melihat transaksi di aplikasi di ekosistem OVO, dan dana akan segera tersedia. Alhamdulillah, tidak ada persyaratan jaminan,” kata Erfianty saat memperkenalkan produknya dalam sebuah bazar di Universitas Pancasila, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Industri ini terus berharap untuk memperluas jangkauan bisnis dan pelayanannya, karena kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan pembiayaan produktif bagi kegiatan bisnis mereka masih cukup besar. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama untuk terus mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *